Senin, 01 November 2010

AL QUR’AN – sunnah, “Plus” METODE TERAPI WICARA

METODE TERCEPAT

PENANGANAN AUTIS-HIPERAKTIF

(PADA ANAK GANGGUAN BERBICARA)

Segala puji hanya milik Allah yang telah berfirman didalam Kitab-Nya yang muhkam (akurat):

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌۭ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌۭ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًۭى وَرَحْمَةٌۭ لِّلْمُؤْمِنِينَ

Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus [10] : 57)

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.” (QS. Asy-Syu’ara’ [26] : 80)

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌۭ وَرَحْمَةٌۭ لِّلْمُؤْمِنِينَ

“Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman...”.

(QS. Al Isra’ [17] : 82)

Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada hamba dan utusan-Nya, Muhammad saw, yang pernah bersabda :

تَدَاوَوْاعِبَاداللَّهِ، فإِنَّ اللهَ لَمْ يُنَزِّ لْ دَاءً إِ لَّا خَعَلَ لَهُ د واءً

“Berobatlah, wahai para hamba Allah!, Sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia menurunkan obatnya pula.” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari jalur sahabat Usamah bin Syarik).

Dewasa ini masalah kesehatan menjadi topik yang cukup hangat dibicarakan, semakin beragamnya jenis penyakit dan semakin banyaknya jumlah penyakit menambah kuat alasan untuk menyinggung masalah kesehatan. Tidak hanya berkisar pada permasalahan fisik belaka, namun juga menyentuh problematika psikis/kejiwaan.

1. Apakah hal ini merupakan musibah, ujian ataupun suatu cobaan?.

2. Bagaimanakah sikap kita, apakah bersabar dan ikhtiar atau malah ingkar terhadap takdir dan qadaNya?

Kaget, bingung, cemas, khawatir, belum siap untuk menerima dengan kondisi yang ada, dsb menyatu yang seakan tidak percaya dengan kenyataan yang didengar ketika salah seorang anggota keluarganya didiagnosa “autism – hiperaktif”. Berbagai informasipun dicari, berbagai upaya penangananpun dilakukan, bahkan pengorbanan tenaga dan harta bendapun siap digadaikan demi sebuah harapan kesembuhan “sang buah hati tercinta”.

Pun, semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi tidak juga mampu mengatasi semua permasalahan yang ada pada sang buah hati. Banyak permasalahan yang tak kunjung mengembirakan setelah dilakukan berbagai penanganan, bahkan banyak pula permasalahan yang justru semakin parah dan timbul permasalahan baru setelah “dicekoki” dengan berbagai macam obat-obatan kimia.

Tidak kalah membingungkan dan menambah keputusasaan orang tua yang karena ketidaktahuan bagaimana cara menanganinya, ketika tidak ada kemajuan yang dicapai dari maraknya iming-iming, janji-janji dan ketidakadaan harapan yang diharapkan yang selalu dipromosikan oleh klinik-klinik, yayasan-yayasan atau lembaga-lembaga yang ujung-ujungnya hanya mencari keuntungan belaka. Konon katanya memiliki tenaga profesional yang dapat menangani anak-anak dengan berkebutuhan khusus dengan permasalahan autism – hiperaktif yang berpengaruh pada gangguan bicara.

Akibatnya..., karena tidak adanya kemajuan yang diharapkan tentulah yang dirugikan adalah fihak orang tua yang memiliki buah hati. Baik dari segi materi, tenaga dan waktu bahkan yang paling dirugikan adalah “buah hati tercinta” karena usia semakin bertambah.

Inilah kiranya faktor yang “memicu” maraknya terapi-terapi pengobatan alternatif, ada yang menempuh jalur pengobatan herbal, ada yang menempuh jalur pengobatan ruqyah’ dan ada juga yang menempuh jalur pengobatan mistik yang penuh dengan klenik. Dan lebih lucunya lagi fihak keluarga mau saja melakukan apa yang disarankan oleh orang yang katanya orang pintar, paranormal, dukun dan... (he..he banyak lagi nama dan ceritanya). Bahkan tak jarak pula jalur-jalur yang ada dicampuraduk menjadi satu, sehingga munculnya pengobatan dengan Al Qur’an yang “dibumbui” dengan bacaan-bacaan dan ritual-ritual klenik dsb, sehingga semakin maraknya orang melakukan kesyirikan kepada Allah yang dilakukan secara sadar ataupun secara tidak sadar.

Singkatnya, ada fenomena yang menyenangkan dan ada pula fenomena yang tidak menyenangkan.

Perlu di ingat, dalam hidup ini manusia pasti mengalami berbagai macam situasi yang menegaskan ketidakberdayaan dan kebutuhan kepada Robbnya. Diantaranya adalah berbagai penyakit, rasa sakit, dan penderitaan yang menimpanya, baik yang bersifat fisik maupun psikis.

Kendati permasalahan-permasalahan tersebut disebabkan oleh berbagai macam faktor yang bersifat fisik maupun metafisik (spiritual), namun bagaimanapun juga adanya permasalahan-permasalahan tersebut merupakan perkara yang telah ditakdirkan dan ditetapkan oleh Allah SWT dengan suatu hikmah yang hanya diketahui oleh-Nya. Bisa saja permasalahan-permasalahan itu ditimpahkan sebagai ujian dan cobaan terhadap kenyataan dan sikap ridha seorang hamba, atau untuk menyelidiki sejauh mana kesabaran dan keteguhan dalam memikul beban-beban yang tidak disukai. Terkadang pula, permasalahan-permasalahan itu ditimpahkan sebagai pembersih dari dosa-dosa yang telah dilakukan, sebagaimana disebutkan dalam sebuah atsar :

إِنَّ اللهَ إِ ذَا أَحبَّ عبْدًا ابْتَلاَهُ، حَتَّى يَلْقَاهُ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ

“Sesungguhnya jika Allah mencintai seseorang hamba, maka pasti Dia memberikan cobaan, hingga ia bertemu dengan-Nya dalam keadaan tidak memiliki dosa.

Bahkan, terkadang juga menjadi media untuk menambah pahala dan meninggikan derajat kedudukan manakalah ia sabar dan ridha atas cobaan tersebut, hingga ia menerima pahala dari Allah yang tak terhitung jumlahnya.

Sikap sabar dan ridha menghadapi permasalahan tidaklah bertentangan dengan upaya penyembuhan dan pengobatan.

Tatkala seorang muslim mengupayakan pengobatan atau penanganan, maka ia harus tahu betul bahwa pengobatan atau penanganan hanyalah sebagai sebab (perantara), sedangkan kesembuhan datangnya hanya dari Allah . Allahlah yang menetapkan kesembuhan jika Dia menghendakinya.

Di antara sarana pengobatan atau penanganan yang paling agung dan paling bermanfaat adalah Al Qur’an Karim, firman Rabb semesta alam, yang menghubungkan hamba-hambaNya dengan sang pencipta. Telah ditegaskan dalam banyak nash-nash syar’i bahwa Al Qur’an merupakan media penyembuhan yang bermanfaat dan efektif untuk mengobati berbagai penyakit jasmani dan ruhani. Tentu saja syaratnya harus yakin dan tidak tergesa-gesa. Sebagaimana telah terbukti nyata dalam realita kehidupan manusia semenjak zaman Nabi hingga hari ini, dimana banyak umat manusia yang dapat mengambil manfaat melalui pengobatan dengan Al Qur”an ini. Dan juga telah terbukti banyaknya orang yang kondisinya lebih baik, cepat adanya perubahan dari berbagai permasalahan bagaimanapun ragamnya, setelah sebelumnya diduga bahwa permasalahan tersebut tidak bisa ditangani atau menemui jalan buntu dalam penanganannya (termasuk permasalahan autism – hyperaktif yang berpengaruh pada gangguan bicara untuk bisa berbicara).

Allah SWT berfirman dalam QS. Ar Rahman [55] : 1-4,

الرَّحْمَـٰنُ ﴿١﴾

(Allah) yang Maha pengasih.

عَلَّمَ الْقُرْآنَ﴿٢﴾

yang telah mengajarkan Al Quran.

خَلَقَ الْإِنسَانَ ﴿٣﴾

Dia menciptakan manusia.

عَلَّمَهُ الْبَيَانَ ﴿٤﴾

mengajarnya pandai berbicara.

Ya, Dialah Allah SWT yang Maha pengasih yang telah menciptakan manusia, menurunkan Al Quran sesuatu yang menjadi penawar (obat) dan mengajarkan manusia agar pandai berbicara.

Atas dasar inilah tergerak hati saya (sebagai tenaga Terapi Wicara) memadukan Al Qur”an (ayat-ayat Al Qur’an) - Sunnah dengan metode terapi wicara, yang mana telah menghasilkan formula yang luar biasa, menajubkan dan sangat cepat (tanpa obat, klenik ataupun syarat/pantangan tertentu yang harus dipenuhi) dalam menangani anak-anak dengan permasalahan autis – hiperaktif yang berpengaruh pada gangguan berkomunikasi (bahasa, bicara, suara dan irama kelancaran). Yang mana hasilnyapun sudah bisa dilihat dan dirasakan dengan nyata oleh keluarga secara langsung yang sampai saat ini telah kami tangani (tanpa maksud menyombongkan).

Klinik Terapi Wicara Fastabiqul khairat juga tidak hanya menangani anak-anak dengan permasalahan autis – hiperaktif saja, tetapi juga menangani anak-anak dengan gangguan berkomunikasi lainnya yang terkait dengan gangguan bahasa, bicara, suara dan irama kelancaran.

Allah SWT berfirman :

ذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًۭا نِّعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۙ وَأَنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌۭ

Demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS. Al Anfal [8] : 53)

فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui (QS. An Nahl [16 ] :43)


جزاكم الله خير الجز ا ء و السلام عليكم ورحمه الله وبر كا ته

Ayo...!!!,

Segera kita rubah dan tangani “buah hati kita” untuk cepat menjadi lebih baik dengan bertanya kepada yang memiliki pengetahuan kemudian mendapatkan penanganan. Siapa lagi yang peduli “buah hati kita” kecuali diri kita sendiri.

sumber: http://antonherwanto.blogspot.com/